Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
Tim Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali membuat instalasi
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), untuk keperluan warga
masyarakat.
UMM membangun PLTMH itu di Dusun Sumbermaron, Desa Karangsuko,
Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Hari Sabtu (10/9) Rektor UMM Dr
Muhadjir Effendy meletakan batu pertama di lokasi pembuatan PLTMH.
Humas UMM, Nasrullah, menjelaskan, tim peneliti UMM mengawalinya
dengan membuat studi kelayakan PLTMH di dua desa itu. Studi dilakukan
bersama Badan Pengelola Sarana Air Bersih dan Sanitasi (BP SAB&S)
Kecamatan Pagelaran. UMM mengkaji dan berhasil memperoleh sponsor dari
Australian Partnership dan Bank Dunia untuk pendanaannya. Nilai
proyeknya Rp 408 juta.
Camat Pagelaran, Eko Waluyo, menyatakan yakin bantuan pendampingan
dari UMM akan berjalan baik. Sebab, PLTMH yang dibangun oleh UMM,
seperti sebelumnya di Desa Sukoanyar Kecamatan Pakis, hingga sekarang
masih beroperasi. Selain itu, UMM memiliki laboratorium PLTMH di kampus
yang dimanfaatkan oleh mahasiswa dan masyarakat umum untuk belajar
mengembangkan energi alternatif.
“Saya berharap sumber air yang melimpah di Sumbermaron ini bisa
dimanfaatkan dengan baik. Syukur-syukur kalau bisa bermanfaat bagi
masyarakat di luar Desa Karangsuko, karena kita tahu di daerah lain saat
ini sedang mengalami kekeringan,” kata Eko Waluyo.
Rektor UMM berharap masyarakat lebih mencintai lingkungan dan
bersyukur dengan kondisi alam desa. Meski belum tersentuh akses listrik,
desa masih memiliki sumber daya alam.
Ia menyatakan, pihaknya siap memberi dukungan apabila warga setempat
memerlukan bantuan pendampingan lebih lanjut seperti untuk penghijauan
dan penerangan jalan.
“UMM membantu merencanakan, pengawasan, dan pembangunan. Tetapi saya
berharap perawatannya harus dijaga betul oleh masyarakat sini supaya
kemanfaatan PLTMH ini bisa awet,” kata Nasrullah.
Dekan Fakultas Teknik UMM, Sudarman, menjelaskan PLTMH yang dibangun
akan menghasilkan energi listrik sebesar 35 KWA. Listrik itu akan
dimanfaatkan untuk menggerakkan mesin pompa pengairan dan air bersih
yang selama ini mengandalkan listrik dari PLN.
Biaya yang dikeluarkan untuk membayar listrik perbulan rata-rata Rp 8
juta, dan diperkirakan akan terus naik seiring kebutuhan hingga Rp 20
juta. “Mudah-mudahan dengan keberhasilan PLTMH ini, nantinya bisa kita
bangun lagi PLTMH II untuk penerangan desa,” katanya.
Baca Juga :
