Usaha Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir
Kejadian
kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca
persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi
yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan
cara-cara biasa
Upaya untuk menurunkan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal.
Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi 23 per
100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu yang tersisa hanya
tinggal tiga tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu
tanpa upaya-upaya yang luar biasa.
Menurut hasil
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyebab langsung
kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan dan segera
setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga
makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab
tidak langsung kematian ibu.
Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu
terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat
mengenali tanda bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada
saat keadaan darurat dan terlambat memperoleh pelayanan yang memadai
oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada bayi, dua pertiga kematian terjadi
pada masa neonatal (28 hari pertama kehidupan). Penyebabnya terbanyak
adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia (kegagalan
bernapas spontan) dan infeksi.
Berbagai upaya
memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir,
bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan
Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas
perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK)
di rumah sakit.
Upaya terobosan
yang paling mutakhir adalah program Jampersal (Jaminan Persalinan) yang
digulirkan sejak 2011.
Program Jampersal ini diperuntukan bagi seluruh
ibu hamil, bersalin dan nifas serta bayi baru lahir yang belum memiliki
jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan. Keberhasilan Jampersal tidak
hanya ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga
kemudahan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola
pencarian pertolongan kesehatan dari masyarakat, sehingga dukungan dari
lintas sektor dalam hal kemudahan transportasi serta pemberdayaan
masyarakat menjadi sangat penting.
Melalui program
ini, pada tahun 2012 Pemerintah menjamin pembiayaan persalinan sekitar
2,5 juta ibu hamil agar mereka mendapatkan layanan persalinan oleh
tenaga kesehatan dan bayi yang dilahirkan sampai dengan masa neonatal di
fasilitas kesehatan. Program yang punya slogan Ibu Selamat, Bayi Lahir
Sehat ini diharapkan memberikan kontribusi besar dalam upaya percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Lalu bagaimana
dengan kecenderungan angka kematian ibu sejauh ini, terutama setelah
berbagai upaya dilakukan? Kalau mengacu pada hasil Survey Dasar
Kesehatan Indonesia (SDKI) yang dilakukan selama kurun waktu 1994-2007,
AKI memang terus menunjukkan tren menurun.
Hasil SDKI 2007 menunjukkan
AKI sebesar 228 per 100.000. Namun, melihat tren penurunan AKI yang
berlangsung lambat, dikhawatirkan sasaran MDG 5a tidak akan tecapai.
Demikian juga dengan sasaran MDG 4, perlu upaya lebih keras agar
penurunan AKI dan AKB melebihi tren yang ada sekarang. Tidak bisa lagi
upaya itu dilakukan secara business as usual. Upaya-upaya inovasi yang
memiliki daya ungkit yang tinggi harus segera dikedepankan.
Komitmen Pemerintah Pusat dan Daerah
Dapat dikatakan
bahwa semua Pemerintah Daerah Provinsi memiliki komitmen untuk mendukung
pencapaian Millineum Developmen Goals termasuk percepatan penurunan
kematian ibu dan kematian bayi baru lahir dengan menyusun Rencana Aksi
Daerah disamping terobosan lainnya.
Berikut beberapa contoh komitmen
yang ada; Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencanangkan Program AKINO
(Angka Kematian Ibu dan Bayi Nol) dengan meningkatkan akses dan kualitas
pelayanan KIA hingga ke tingkat desa.
Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan Program Revolusi KIA dengan tekad mendorong semua
persalinan berlangsung di fasilitas kesehatan yang memadai (puskesmas).
Pemda DI Yogyakarta berkomitment meningkatkan kualitas pelayanan dan
penguatan sistem rujukan, serta penggerakan semua lintas sektor dalam percepatan pencapaian target MDGs oleh Pemda Provinsi Sumatera Barat.
Pemerintah
daerah, baik itu di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota juga
diharapkan memiliki komitmen untuk terus memperkuat sistem kesehatan.
Pemerintah provinsi diharapkan menganggarkan dana yang cukup besar untuk
mendukung peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan. Pelayanan kesehatan dasar yang diberikan melalui Puskesmas
hendaknya hendaknya diimbangi dengan ketersediaan RS Rujukan Regional
dan RS Rujukan Provinsi yang terjangkau dan berkualitas.
Dukungan
pemerintah provinsi diharapkan juga diimbangi dengan dukungan pemerintah
kabupaten/kota dalam implementasi upaya penurunan kematian ibu dan
bayi. Antara lain melalui penguatan SDM, ketersediaan obat-obatan dan
alat kesehatan, anggaran, dan penerapan tata kelola yang baik (good governance) di tingkat kabupaten/kota.
Keberhasilan
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir tidak hanya
ditentukan oleh ketersediaan pelayanan kesehatan namun juga kemudahan
masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan disamping pola pencarian
pertolongan kesehatan dari masyarakat.
Perbaikan
infrastruktur yang akan menunjang akses kepada pelayanan kesehatan
seperti transportasi, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih dan
sanitasi, serta pendidikan dan pemberdayaan masyarakat utamanya terkait
kesehatan ibu dan anak yang menjadi tanggung jawab sektor lain memiliki
peran sangat besar. Demikian pula keterlibatan masyarakat
madani, lembaga swadaya masyarakat dalam pemberdayaan dan menggerakkan
masyarakat sebagai pengguna serta organisasi profesi sebagai pemberi
pelayanan kesehatan.
Dukungan masyarakat madani
Di lain pihak
dukungan organisasi profesi tidak kalah pentingnya melalui deklarasi
yang mereka canangkan pada tahun 2009, organisasi profesi ini adalah
Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia
(IBI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Ahli
Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), dan Perkumpulan Perinatologi
Indonesia (PERINASIA). Organisasi profesi berkomitmen meningkatkan
profesionalisme anggotanya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi
ibu dan anak. Pada tahun yang sama sekumpulan LSM dan organisasi
masyarakat madani bergabung dalam Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak juga
mendukung pencapaian MDGs 2015 melalui advokasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Pemerintah juga menjalin kerja sama dengan berbagai
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kesehatan Masyarakat Negeri pada
November 2011 menandatangani deklarasi Semarang agar dengan pendekatan
Tri Darma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat, perguruan tinggi dapat memberikan sumbangsihnya dalam
pengembangan, implementasi dan monitoring serta evaluasi dari setiap
kebijakan kesehatan, khususnya dalam pencapaian MDGs di tingkat nasional
dan di tingkat daerah.
Dukungan development partners
Upaya menurunkan
angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus melalui jalan yang terjal.
Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium Development Goals
(MDGs) 2015 waktu yang tersisa hanya tinggal tiga tahun ini, sehingga
diperlukan upaya-upaya yang luar biasa. Pemerintah pusat dan daerah
serta developmen partner berupaya mengembangkan upaya inovatif yang
memiliki daya ungkit tinggi dalam upaya percepatan penurunan kematian
ibu dan bayi baru lahir. Fokus pada penyebab utama kematian, pada daerah
prioritas baik daerah yang memiliki kasus kematian tinggi pada ibu dan
bayi baru lahir serta pada daerah yang sulit akses pelayanan tidak
berarti melupakan lainnya.
Upaya inovatif
tersebut antara lain; penggunaan technologi terkini pada transfer of
knowledge maupun pendampingan dalam memberi pelayanan serta pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan ‘SMS’, metode pendampingan pada capasity
building 1baik dalam hal management program maupun peningkatan kualitas
pelayanan, serta memberi kewenangan lebih pada tenaga kesehatan yang
sudah terlatih pada daerah dengan kriteria khusus dimana
ketidaktersediaan tenaga kesehatan yang berkompeten.
Pemerintah
Indonesia menjalin kerja sama dengan masyarakat internasional dengan
prinsip kerja sama kemitraan, untuk mendukung upaya percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu dan Bayi. Kerja sama dengan berbagai development partners dalam bidang kesehatan ibu dan anak telah berlangsung lama, beberapa kemitraan tersebut adalah :
1) AIP MNH (Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health), bekerja
sama dengan Pemerintah Australia di 14 Kabupaten di Provinsi NTT sejak
2008, bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui Revolusi
Kesehatan Ibu dan Anak. Program ini bergerak dalam bidang pemberdayaan
perempuan dan masyarakat, penigkatan kualitas pelayanan KIA di tingkat
puskesmas dan RS serta peningkatan tata kelola di tingkat kabupaten.
Pengalaman menarik dari program ini adalah pengalaman kemitraan antara
RS besar dan maju dengan RS kabupaten di NTT yaitu kegiatan sister
hospital.
2) GAVI (Global Alliance for Vaccine & Immunization) bekerja
beberapa kabupaten di 5 provinsi (Banten, Jabar, Sulsel, Papua Barat
dan Papua), bertujuan meningkatkan cakupan imunisasi dan KIA melalui
berbagai kegiatan peningkatan partisipasi kader dan masyarakat,
memperkuat manajemen puskesmas dan kabupaten/kota.
3) MCHIP
(Maternal & Child Integrated Program) bekerjasama dengan USAID di 3
kabupaten (Bireuen, Aceh, Serang-Banten dan Kab.Kutai Timur- Kalimantan
Timur)
4) Pengembangan buku KIA oleh JICA walaupun kerjasama project telah berakhir namun buku KIA telah diterapan di seluruh Indonesia.
5) UNICEF
melalui beberapa kabupaten di wilayah kerjanya seperti ACEH, Jawa
Tengah, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur (kerjasama dengan
Child Fund) serta Papua meningkatkan pemberdayaan keluarga dan
masyarakat terkait kesehatan ibu dan anak dan peningkatan kualitas
pelayanan anak melalui manajemen terpadu balita sakit (MTBS).
6) Tidak
terkecuali WHO memfasilitasi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
ibu dan anak baik dalam dukungan penyusunan standar pelayanan maupun
capasity building.
Pada
tahun 2012 Kementerian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival, bekerja sama dengan USAID dengan kurun
waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu
bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka
percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di 6 provinsi
terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa
Barat, Banten, Jawa Tengah dan JawaTimur yang menyumbangkan kurang lebih
50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dalam program ini
Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta mitra-mitra
lainnya seperti Save the Children, Research Triangle Internasional,
Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan
Upaya
yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan
emergensi obstetri dan neonatal dengan cara memastikan intervensi medis
prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata
kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan Puskesmas.
Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat sistem rujukan yang
efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di
Puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakat pun
dilibatkan dalam menjamin akuntabilitas dan kualitas fasilitas
kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme
umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi
informasi seperti media sosial dan SMS gateway, dan memperkuat forum
masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien
melalui maklumat pelayanan (service charter) dan Citizen Report Card.
Tekad
dan tujuan Kementerian Kesehatan untuk mencapai Masyarakat Sehat yang
Mandiri dan Berkeadilan dapat diraih dengan dukungan berbagai pihak,
demi kesejahteraan masyarakat umumnya dan kesehatan ibu dan anak
khususnya. Tak ada harapan yang tak dapat diraih dengan karya nyata
melalui kerja keras dan kerja cerdas.
Baca Juga :
Posted by Anonim
on 02.09. Filed under
Drive News,
ibu dan anak
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response