Berita Terbaru :
|

Bagikan Berita
KISAH YAHUDI YANG PERNAH SUKSES DI INDONESIA

Banyak hal unik dan menarik yang tersimpan dalam sejarah bangsa Indonesia. Salah satunya adalah kedatangan orang Yahudi ke Jakarta yang ternyata telah ada sejak zaman penjajahan dulu.
Seperti yang diceritakan oleh merdeka, mengutip dari sebuah buku '9 Dari 10 Kata Bahasa Indonesia Adalah Asing' terbitan Gramedia menyebut bahwa pada masa penjajahan Belanda, ada banyak warga Yahudi yang datang ke Indonesia. Sebagai kaum yang tersebar di berbagai belahan dunia, tidak sedikit dari mereka yang sukses menapaki karir di Indonesia lewat jalur berdagang.
Tercatat, salah satu kaum Yahudi yang paling pertama diketahui tiba di Jakarta adalah Lendeert Miero. Pria yang memiliki nama asli Juda Leo Ezikiel ini diketahui berasal dari satu wilayah yang sekarang menjadi Ukraina.
Kuburan Lendeert Miero

Bekas rumah Lendeert Miero (sekarang gedung Arsip Nasional)
Sepanjang hidupnya, Miero dikenal sebagai juragan yang sangat kaya. Bahkan lebih kaya ketimbang kaum Yahudi lain di masanya. Meski begitu, kondisi itu tidak didapatkan secara instan.
Setelah hidup sukses, kerjanya sehari-hari hanya bersenang-senang dan berpesta. Maklum kalau menurut pitutur Robert "Rich Dad Poor Dad" uang sudah bekerja untuknya. Salah satu kesenangan Lendeert adalah mengundang ratusan tamu bukan untuk merayakan hari ulang tahunnya melainkan hari kepedihannya.
Lho kok kepedihan?
Rupanya di masa mudanya ia pernah menjalani hidup susa(h) ia pernah jadi opas jaga atau centeng. Suatu hari ia terlanggar apes, kedapatan menggeros (tidur nyenyak) waktu jam kerja sehingga mendapat hukuman sebanyak 50 kali sabetan rotan dipantatnya. Cambukan ini dianggap pemicu untuk segera lepas landas dari kemiskinan.
Ia berhasil...
Sekalipun memiliki rumah di Betawi, tetapi ia sering mengunjungi istananya di Pondok Gede. Orang setempat menyebutnya pondok yang gede sehingga kawasan itu terkenal dengan nama Pondok Gede. Lendeert meninggal dalam usia 79 tahun dan dimakamkan di samping rumahnya di Pondok Gede. Tetapi makam itu dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannyapun dicongkel untuk umpak-umpak rumah. Kalau soal merusak kita bisa diunggulkan.
Diceritakan, Miero pertama kali datang ke Indonesia tahun 1775 sebagai seorang yang miskin karena hanya menjadi prajurit kecil untuk kerajaan Hindia Belanda.
Saat itu, Miero menyembunyikan identitasnya sebagai bangsa Yahudi. Pasalnya Belanda yang kala itu dinakhodai oleh dua perusahaan eksplotasi terbesarnya, the Dutch East India Company (VOC) dan the Dutch West Indian Company (WIC), melarang adanya bangsa Yahudi untuk bekerja.
Kondisi tersebut disembunyikan oleh Miero selama puluhan tahun hingga pada akhirnya, di tahun 1728, Miero membongkar identitasnya tepat setelah Belanda mengijinkan orang Yahudi berkongsi dalam perekonomian dan pemerintahan mereka.
Sejak saat itu, nasib Miero mulai berubah drastis. Ia mulai membangun kerajaan bisnisnya dengan menjadi seorang juragan emas sekaligus rentenir di Batavia. Ia memiliki toko di Molenvliet West (sekarang menjadi Jl. Gajah Mada) Jakarta Pusat dan satu rumah mewah (kini menjadi gedung arsip nasional).
Layaknya seorang rentenir, sikap dan perilaku Miero yang cenderung judes dan kejam tidak disukai warga Batavia. Menurut catatan di buku tersebut, istilah kata 'judes' sendiri sebenarnya disebabkan oleh kebencian warga terhadap Miero. Kata judes disebut berasal dari kata 'Judas' yang memang identik dengan orang Yahudi.
Meski begitu, kerajaan bisnis Miero terus berkembang. Dari hasil berdagang, ia berhasil membeli sebidang tanah luas di Pondok Gede lengkap dengan rumah besar yang dibangun oleh pemilik pertamanya, Johannes Hooyman. Konon nama wilayah Pondok Gede itu sendiri berasal dari rumah tersebut.
Miero meninggal pada usia 79 tahun atau tepatnya pada tahun 1834. Dia kemudian dimakamkan di tanah miliknya di dekat Pondok Gede yang dimilikinya. 
 
Makamnya kemudian dibongkar dan dijadikan rumah hunian penduduk. Bahkan nisannya ikut dicongkel untuk bahan pembuatan bangunan. 
 
Kini tempat Pondok Gede telah bergandi menjadi pusat pertokoan Mall Pondok Gede I dan II.


Baca Juga :


Posted by Anonim on 11.36. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response
comments powered by Disqus

Komentar Baru

Update Terbaru