Bisnis Pribadi Saat Jadi Karyawan Kantoran
Siapapun kita, jika masih menjadi karyawan saja tentunya akan terus
merasakan sekat-sekat ketidakbebasan untuk meraih pendapatan yang besar.
Kalaupun tidak punya malu dan tanggung jawab pada diri, keluarga dan
Tuhan jalan pintas menghalalkan segala cara ditempuh untuk meraih
pendapatan yang lebih tinggi, korupsi. di satu sisi jika ingin keluar
dari perusahaan masih butuh pemikiran beribu-ribu kali. Lalu, bagaimana
kita bisa mendapatkan tambahan income tanpa harus meninggalakan status
karyawan?
Karyawan bergaji dobel atau bahkan lebih, kenapa tidak??? karyawan
jadi Bos, kenapa tidak??? bukanlah aib jika seorang karyawan memiliki
gaji dobel atau bahkan lebih, bukanlah aib seorang karyawan bisa menjadi
bos di luar perusahaan dimana ia bekerja. Jika karyawan memanfaatkan
fasilitas kantor untuk urusan pribadi termasuk bisnis, itu barulah bisa
dikatakan aib (kecuali perusahaan mengizinkan karyawannya untuk
menggunakan fasiltas kantor untuk kepentingan pribadi termasuk
berbisnis).
Banyak orang yang mulai membangun bisnisnya tapi masih enggan meninggalkan statusnya sebagai karyawan kantoran. Banyak yang berhasil, tapi banyak juga yang gagal. Bagaimana agar Anda menjadi salah satu dari mereka yang berhasil?
Banyak orang yang mulai membangun bisnisnya tapi masih enggan meninggalkan statusnya sebagai karyawan kantoran. Banyak yang berhasil, tapi banyak juga yang gagal. Bagaimana agar Anda menjadi salah satu dari mereka yang berhasil?
Tentu Anda sudah banyak mendengar saran bahwa jika seseorang ingin
menjadi seorang pengusaha, maka mulailah usaha tersebut sebelum ia
keluar dari pekerjaannya yang sekarang. Memang, ini saran yang bagus,
tapi sebenarnya tak semudah itu untuk menjalankannya.
Pertama, orang tersebut harus pandai membagi waktu antara bekerja dan membangun bisnis. Umumnya, karena terikat jam kerja dan komitmen terhadap pekerjaan di kantor, ia hanya punya waktu sedikit untuk memikirkan bisnisnya.
Padahal jika targetnya ingin menjadi murni pembisnis, maka ia harus bisa membangun bisnisnya dengan serius agar nantinya ia bisa membayar biaya hidup sehari- hari.
Kedua, ia tentu tak ingin bisnis yang sedang dibangun diketahui atasan. Ini tentu saja karena setiap karyawan tidak ingin dicap sebagai karyawan yang tidak berdedikasi atau berkomitmen tinggi terhadap perusahaan.
Karena itulah, peraturan penting bagi mereka yang ingin memulai bisnis saat masih menjadi karyawan ialah jangan membawa atau mengerjakan bisnis Anda di kantor.
Memang godaan fasilitas di kantor bisa saja membuat seseorang tertarik untuk mengerjakan bisnisnya di waktu luang di kantor, tapi privasi di kantor yang tidak bisa dijamin bisa jadi malah membahayakan statusnya sebagai karyawan.
Lalu, bagaimana langkah yang harus ditempuh agar seorang karyawan bisa tetap merintis usahanya? Deborah A Bailey, penulis buku "Think Like an Entrepreneur: Transforming Your Career and Taking Charge of Your Life", memberikan tipsnya.
Cari waktu atau tanggal yang tepat untuk mengerjakan bisnis tersebut secara penuh atau full time.
Cobalah membuat target yang realistik, artinya cobalah untuk menetapkan tanggal yang nyaman bagi diri sendiri dan yakin bahwa di waktu yang ditetapkan bisa menangani bisnis dengan baik.
Cek pengeluaran
Seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk membangun bisnis tersebut serta biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pribadi. Mereka yang sedang merintis karier harus mampu mengurangi pengeluaran. Pasalnya, jika nanti ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sementara bisnisnya belum mapan maka masalah pengeluaran akan menjadi masalah besar.
Mulailah untuk membayar tagihan kartu kredit
Siapkan rencana untuk membayar tagihan-tagihan kartu kredit. Siapkan juga rencana bujet untuk pengembangan bisnis.
Bersiap untuk bekerja sendiri
Jika bisnis yang direncanakan lebih banyak dilakukan di rumah dan tanpa rekan kerja atau asisten, bersiaplah untuk bekerja seorang diri. Siapkan juga jaringan kerja atau jaringan pertemanan agar nantinya berguna saat bisnis sudah berjalan sepenuhnya.
Buatlah sebuah misi atau target yang ingin dicapai dalam bisnis tersebut
Target bisa dibuat dalam bentuk business plan atau sebuah pernyataan misi bisnis. Yang penting isinya menyangkut inti dari bisnis tersebut dan mengapa mengerjakan bisnis itu. Ingatlah bahwa memilih untuk berbisnis tidak hanya sekadar keinginan untuk tidak bekerja pada orang lain tapi mengetahui apa yang sedang dan akan dikerjakannya dalam bisnis tersebut.
Menjaga bisnis tetap berjalan
Bagaimana jika meninggalkan pekerjaan dengan segera bukanlah menjadi prioritas? Bagaimana jika pekerjaan di kantor dan bisnis atau usaha sampingan ingin dijalankan secara bersamaan? Bailey memberikan saran sebagai berikut.
Buat batasan
Klien dalam bisnis bisa saja meminta waktu lebih, tapi prioritas tetaplah pekerjaan di kantor. Seseorang yang memilih untuk membagi pekerjaannya antara karyawan sekaligus pengusaha harus mampu mengatakan pada kliennya bahwa ia punya waktu yang terbatas untuk menangani bisnis. Tetaplah memprioritaskan pekerjaan daripada nantinya dipecat dari pekerjaan karena tidak mampu bekerja dengan baik.
Berhati-hatilah dalam menggunakan social media.
Berhati-hatilah jika ingin mempromosikan bisnis secara online karena bisa jadi perusahaan mengecek aktivitas karyawannya di dunia online. Jika bisnis yang dikerjakan berada di bidang yang sama dengan pekerjaan tetap, maka hindari berkompetisi secara langsung di dunia online.
Jangan tergoda menghamburkan pendapatan
Memiliki usaha sampingan sudah pasti akan memberikan tambahan pendapatan setiap bulannya. Namun, jangan lantas membuat penghasilan tambahan itu mendorong untuk memperbesar pengeluaran per bulan. Tak ada gunanya jika penghasilan bertambah tapi pengeluaran untuk hal yang bukan prioritas juga bertambah. Lebih baik uangnya digunakan untuk mengembangkan usaha.
Pertama, orang tersebut harus pandai membagi waktu antara bekerja dan membangun bisnis. Umumnya, karena terikat jam kerja dan komitmen terhadap pekerjaan di kantor, ia hanya punya waktu sedikit untuk memikirkan bisnisnya.
Padahal jika targetnya ingin menjadi murni pembisnis, maka ia harus bisa membangun bisnisnya dengan serius agar nantinya ia bisa membayar biaya hidup sehari- hari.
Kedua, ia tentu tak ingin bisnis yang sedang dibangun diketahui atasan. Ini tentu saja karena setiap karyawan tidak ingin dicap sebagai karyawan yang tidak berdedikasi atau berkomitmen tinggi terhadap perusahaan.
Karena itulah, peraturan penting bagi mereka yang ingin memulai bisnis saat masih menjadi karyawan ialah jangan membawa atau mengerjakan bisnis Anda di kantor.
Memang godaan fasilitas di kantor bisa saja membuat seseorang tertarik untuk mengerjakan bisnisnya di waktu luang di kantor, tapi privasi di kantor yang tidak bisa dijamin bisa jadi malah membahayakan statusnya sebagai karyawan.
Lalu, bagaimana langkah yang harus ditempuh agar seorang karyawan bisa tetap merintis usahanya? Deborah A Bailey, penulis buku "Think Like an Entrepreneur: Transforming Your Career and Taking Charge of Your Life", memberikan tipsnya.
Cari waktu atau tanggal yang tepat untuk mengerjakan bisnis tersebut secara penuh atau full time.
Cobalah membuat target yang realistik, artinya cobalah untuk menetapkan tanggal yang nyaman bagi diri sendiri dan yakin bahwa di waktu yang ditetapkan bisa menangani bisnis dengan baik.
Cek pengeluaran
Seberapa besar dana yang dibutuhkan untuk membangun bisnis tersebut serta biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pribadi. Mereka yang sedang merintis karier harus mampu mengurangi pengeluaran. Pasalnya, jika nanti ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaan sementara bisnisnya belum mapan maka masalah pengeluaran akan menjadi masalah besar.
Mulailah untuk membayar tagihan kartu kredit
Siapkan rencana untuk membayar tagihan-tagihan kartu kredit. Siapkan juga rencana bujet untuk pengembangan bisnis.
Bersiap untuk bekerja sendiri
Jika bisnis yang direncanakan lebih banyak dilakukan di rumah dan tanpa rekan kerja atau asisten, bersiaplah untuk bekerja seorang diri. Siapkan juga jaringan kerja atau jaringan pertemanan agar nantinya berguna saat bisnis sudah berjalan sepenuhnya.
Buatlah sebuah misi atau target yang ingin dicapai dalam bisnis tersebut
Target bisa dibuat dalam bentuk business plan atau sebuah pernyataan misi bisnis. Yang penting isinya menyangkut inti dari bisnis tersebut dan mengapa mengerjakan bisnis itu. Ingatlah bahwa memilih untuk berbisnis tidak hanya sekadar keinginan untuk tidak bekerja pada orang lain tapi mengetahui apa yang sedang dan akan dikerjakannya dalam bisnis tersebut.
Menjaga bisnis tetap berjalan
Bagaimana jika meninggalkan pekerjaan dengan segera bukanlah menjadi prioritas? Bagaimana jika pekerjaan di kantor dan bisnis atau usaha sampingan ingin dijalankan secara bersamaan? Bailey memberikan saran sebagai berikut.
Buat batasan
Klien dalam bisnis bisa saja meminta waktu lebih, tapi prioritas tetaplah pekerjaan di kantor. Seseorang yang memilih untuk membagi pekerjaannya antara karyawan sekaligus pengusaha harus mampu mengatakan pada kliennya bahwa ia punya waktu yang terbatas untuk menangani bisnis. Tetaplah memprioritaskan pekerjaan daripada nantinya dipecat dari pekerjaan karena tidak mampu bekerja dengan baik.
Berhati-hatilah dalam menggunakan social media.
Berhati-hatilah jika ingin mempromosikan bisnis secara online karena bisa jadi perusahaan mengecek aktivitas karyawannya di dunia online. Jika bisnis yang dikerjakan berada di bidang yang sama dengan pekerjaan tetap, maka hindari berkompetisi secara langsung di dunia online.
Jangan tergoda menghamburkan pendapatan
Memiliki usaha sampingan sudah pasti akan memberikan tambahan pendapatan setiap bulannya. Namun, jangan lantas membuat penghasilan tambahan itu mendorong untuk memperbesar pengeluaran per bulan. Tak ada gunanya jika penghasilan bertambah tapi pengeluaran untuk hal yang bukan prioritas juga bertambah. Lebih baik uangnya digunakan untuk mengembangkan usaha.
Sadar ataupun tidak setiap hari harta yang kita miliki cenderung
merosot nilainya disebabkan inflasi yang terus menggerogot sehingga
kenaikan sebesar apapun dari gaji kita terasa takkan pernah cukup
terlebih jika penyakit konsumtif selalu menghinggap dalam diri. Jika
melihat tabunganpun belum seberapa dan cenderung terkuras baik oleh
penyakit tadi atau bahkan oleh maling yang meng-klaim ATM milik kita
alias dibobol.
Memang tak dapat dipungkiri jika karyawan berbisnis pastilah
membutuhkan energi lebih dan strategi yang oke dalam mengatur segala
aktifitas kerja dan bisnis. Tentunya, seorang karyawan akan memulai
dengan mengorbankan tenaga waktu dan uang untuk menjadikan bisnis yang
sedang dibangunnya dapat menjadi kerajaan bisnis yang kokoh sebelum
memutuskan fokus pada bisnisnya sendiri. Ekstra time dalam bekerja
bukanlah part time mau tak mau harus disadari oleh seorang karyawan di
saat merintis bisnis. ekstra, karena waktu kerja dari jam 8 sampai jam 5
sore berada di kantor milik orang lain jika pun dipakai paling tidak
hanya satu jam saat istirahat (terlalu sedikit waktu). maka, mau tak
mau waktu di luar jam tersebutlah aktifitas bisnis dibangun.
Untuk mensiasati waktu dan tenaga seorang karyawan dapat mendelegasikan bisnisnya kepada orang yang dipercayainya sekaligus tetap mengontrol kerajaan bisnis yang baru dibangunnya, hanya sedikit mengorbankan dana.
Untuk mensiasati waktu dan tenaga seorang karyawan dapat mendelegasikan bisnisnya kepada orang yang dipercayainya sekaligus tetap mengontrol kerajaan bisnis yang baru dibangunnya, hanya sedikit mengorbankan dana.
Banyak peluang usaha yang dapat dijalankan oleh seorang karyawan, antara lain:
1. Bisnis pulsa; bisnis pulsa adalah salah satu peluang yang mudah
untuk dijalankan oleh seorang karyawan. Seorang karyawan bisa
memanfaatkan HPnya sendiri dengan mendaftarkan HPnya untuk berbisnis
pulsa elektrik. Banyak yang gratis untuk pendaftaran, seorang karyawan
hanya diminta untuk deposit sesuai kemampuan keuangannya. Selanjutnya
tinggal ditawarkan ke rekan-rekan kerja atau sanak-keluarga, tapi
hati-hati banyak penawaran bisnis pulsa dalam bentuk "jaringan" yang
hanya sebagai kamuflase bisnis karena intinya tidak berbisnis pulsa tapi
berbisnis jaringan atau menjual keanggotaan saja.
2.Keagenan; banyak peluang keagenan yang ditawarkan lihat saja di
beberapa tabloid usaha hanya dengan 200 ribu sampai 500 ribu kita bisa
menjadi agen salah satu produk seperti agen dan distributor produk
sendal unik, obat-obat herbal, buku, dan lain sebagainya.
3. MLM; tak sedikit orang yang kecewa dan trauma jika mendengar kata
MLM. Bagi karyawan yang memiliki sedikit kesulitan dalam presentasi
ataupun merekrut bahkan menjual produk khusus sebaiknya dipikir
berkali-kali untuk menjadi member salah satu MLM.
4. Freelance; seorang karyawan bisa mengambil job di luar waktu
kerjanya. Jual keahlian yang dimiliki seperti mengajar, menjadi trainer
ataupun tutor, design, dan masih banyak lagi.
5.Toko online; cukup beli domain dan hosting plus mencari distributor
ataupun membuat produk sendiri selanjutnya jual via internet. Jika
tidak memiliki kemampuan untuk membuat sebuah toko online bisa di
outsourcekan saja ke orang lain untuk semua perangkat yang terkait
dengan website dan internet. Ajak kerjasama orang-orang yang paham dunia
internet dan toko online.
6.Franchaise dan kemitraan; semua sistem dan produk sudah disiapkan
oleh pemilik frainchaise dan franchaisee (yang mengambil franchaise)
tinggal menjalankan sistem dan promosi. Banyak franchaise ataupun
kemitraan yang hanya membutuhkan modal sedikit kok.
Sering-sering baca tabloid usaha dan bisnis atau searching di internet terkait dengan peluang-peluang bisnis dan jalankan!
Naik jabatan memang menyenangkan bagi hampir semua orang. Namun, di
balik itu, bos baru yang mantan karyawan harus bisa mengatur gaya
kepemimpinannya agar bisa mengatur anak buah yang dulu adalah rekan
kerjanya.
Dalam kondisi ekonomi yang cenderung stabil, Anda bisa jadi mendapatkan promosi jabatan yang sedari dulu sudah Anda idamkan. Jabatan baru tersebut tentu menyenangkan Anda.
Namun, posisi baru itu juga berarti bahwa Anda harus mampu berkomunikasi baik dengan rekan-rekan kerja, terutama rekan kerja yang akan langsung menjadi bawahan.
Mengapa komunikasi menjadi penting? Sebab, kesuksesan kepemimpinan terletak pada kemampuan atasan untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan bawahannya.
Atasan juga harus bisa mengambil otoritas dan keputusan yang tegas, memiliki misi yang jelas agar bawahan mampu bekerja dengan baik. Tentu saja tak mudah untuk membangun komunikasi yang baik, sekaligus tegas kepada bawahan yang tadinya adalah rekan kerja Anda.
Robert Half International meramu beberapa strategi untuk membantu Anda atau siapa pun yang ingin membangun komunikasi dengan baik sebagai atasan baru.
Bertemu dengan anak buah
Ini adalah agenda pertama yang harus Anda lakukan. Cobalah melakukan pertemuan empat mata terhadap masing-masing anak buah dan pastikan agar mereka mengerti beberapa hal yang menjadi tujuan Anda dalam memimpin mereka.
Beberapa hal yang harus Anda tekankan dan harus mereka pahami ialah perannya di departemen yang Anda pegang, termasuk tanggung jawab yang harus mereka pikul.
Arahan ini patut dilakukan karena bisa jadi ada perubahan di departemen yang kini Anda pimpin. Selain itu, sampaikan harapan harapan Anda untuk mereka. Misalnya Anda menginginkan copywriter agar bisa lebih proaktif dalam melakukan survei untuk kepentingan kampanye yang baru.
Anda juga bisa meminta staf yang paling berpengalaman untuk mengambil tanggung jawab yang lebih banyak.
Pahami bawahan
Tak hanya menyampaikan harapan, sebagai atasan, Anda juga harus mencoba mengenali karakter masing-masing anak buah dan memahaminya. Ini penting agar Anda bisa membantu mereka menampilkan kekuatan terbaiknya tanpa harus merasa tertekan.
Selain itu, berikan mereka kesempatan untuk menyampaikan pandangan atau masukan demi kebaikan departemen yang Anda pimpin. Minta mereka juga untuk memberikan solusinya agar masalah yang ada bisa dipecahkan bersama.
Buat batasan
Karena Anda dulunya berada dalam satu level bersama bawahan Anda yang sekarang, Anda harus mulai memikirkan batasan pergaulan Anda dengan mereka. Tanyakan kepada diri Anda sendiri, apakah Anda masih bisa keluar dan bersenang-senang bersama mereka setelah pulang kerja? Apakah Anda masih bisa bergurau dengan mereka seperti dulu?
Memang, tak ada jawaban baku untuk hal ini, tapi satu hal yang jelas ialah, Anda harus bisa membuat batasan antara atasan dan bawahan. Misalnya saja, jika dulu masih menjadi bawahan, Anda sering mengeluh kepada rekan kerja tentang atasan atau kebijakan perusahaan.
Namun, kini karena Anda bagian dari tim manajemen, maka Anda tidak boleh lagi melakukannya. Jika ada masalah, maka Anda harus menyikapinya dengan bijak, misalnya dengan memberikan semangat, panduan, dan meyakinkan bawahan bahwa semuanya akan bisa dikendalikan.
Jangan punya anak emas
Salah satu rekan kerja Anda mungkin saja adalah teman dekat atau sahabat Anda. Namun, sebagai atasan, Anda harus bisa memperlakukan setiap staf dengan sama rata dan kepedulian yang juga sama.
Jika Anda hanya memberikan tugas tertentu kepada satu atau beberapa staf favorit Anda, maka hal tersebut bisa menimbulkan kecemburuan. Anda juga bisa dianggap mengabaikan talenta yang dimiliki staf yang lain.
Lagi pula tugas Anda sebagai atasan membuat setiap bawahan bekerja dengan produktivitas yang tinggi dan masing-masing memiliki beban kerja yang sepantasnya.
Bersikap tegas jika perlu
Beberapa bawahan bisa saja mengabaikan perintah Anda atau terlambat menyelesaikan pekerjaannya. Jika ini terjadi, Anda harus bersikap tegas pada mereka.
Tanyakan mengapa mereka bersikap seperti itu. Jika Anda anggap alasannya kurang kuat, Anda harus menegaskan kembali tugas mereka. Bahkan, untuk bawahan yang mungkin sudah Anda kenal bertahun- tahun, Anda harus tetap tegas agar tak menimbulkan kecemburuan staf yang lain.
Ini juga menjadi ujian bagi kredibilitas Anda sebagai pemimpin untuk mampu membimbing semua karyawannya mencapai tujuan bersama.
Cari bimbingan
Tak peduli seberapa hebatnya Anda, Anda harus tetap berkonsultasi dengan orang-orang yang pernah menduduki jabatan seperti Anda. Tanyakan kepada mereka yang berhasil memotivasi dan mendorong anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama, bagaimana langkah-langkah untuk bisa sukses berkomunikasi dan membimbing stafnya.
Yang harus Anda ingat, menjadi supervisor atau manajer adalah langkah pertama Anda menuju puncak karier. Jadi, jangan sampai kerja Anda sebagai atasan untuk pertama kalinya dinilai buruk oleh manajemen perusahaan.
Dalam kondisi ekonomi yang cenderung stabil, Anda bisa jadi mendapatkan promosi jabatan yang sedari dulu sudah Anda idamkan. Jabatan baru tersebut tentu menyenangkan Anda.
Namun, posisi baru itu juga berarti bahwa Anda harus mampu berkomunikasi baik dengan rekan-rekan kerja, terutama rekan kerja yang akan langsung menjadi bawahan.
Mengapa komunikasi menjadi penting? Sebab, kesuksesan kepemimpinan terletak pada kemampuan atasan untuk membangun hubungan kerja yang positif dengan bawahannya.
Atasan juga harus bisa mengambil otoritas dan keputusan yang tegas, memiliki misi yang jelas agar bawahan mampu bekerja dengan baik. Tentu saja tak mudah untuk membangun komunikasi yang baik, sekaligus tegas kepada bawahan yang tadinya adalah rekan kerja Anda.
Robert Half International meramu beberapa strategi untuk membantu Anda atau siapa pun yang ingin membangun komunikasi dengan baik sebagai atasan baru.
Bertemu dengan anak buah
Ini adalah agenda pertama yang harus Anda lakukan. Cobalah melakukan pertemuan empat mata terhadap masing-masing anak buah dan pastikan agar mereka mengerti beberapa hal yang menjadi tujuan Anda dalam memimpin mereka.
Beberapa hal yang harus Anda tekankan dan harus mereka pahami ialah perannya di departemen yang Anda pegang, termasuk tanggung jawab yang harus mereka pikul.
Arahan ini patut dilakukan karena bisa jadi ada perubahan di departemen yang kini Anda pimpin. Selain itu, sampaikan harapan harapan Anda untuk mereka. Misalnya Anda menginginkan copywriter agar bisa lebih proaktif dalam melakukan survei untuk kepentingan kampanye yang baru.
Anda juga bisa meminta staf yang paling berpengalaman untuk mengambil tanggung jawab yang lebih banyak.
Pahami bawahan
Tak hanya menyampaikan harapan, sebagai atasan, Anda juga harus mencoba mengenali karakter masing-masing anak buah dan memahaminya. Ini penting agar Anda bisa membantu mereka menampilkan kekuatan terbaiknya tanpa harus merasa tertekan.
Selain itu, berikan mereka kesempatan untuk menyampaikan pandangan atau masukan demi kebaikan departemen yang Anda pimpin. Minta mereka juga untuk memberikan solusinya agar masalah yang ada bisa dipecahkan bersama.
Buat batasan
Karena Anda dulunya berada dalam satu level bersama bawahan Anda yang sekarang, Anda harus mulai memikirkan batasan pergaulan Anda dengan mereka. Tanyakan kepada diri Anda sendiri, apakah Anda masih bisa keluar dan bersenang-senang bersama mereka setelah pulang kerja? Apakah Anda masih bisa bergurau dengan mereka seperti dulu?
Memang, tak ada jawaban baku untuk hal ini, tapi satu hal yang jelas ialah, Anda harus bisa membuat batasan antara atasan dan bawahan. Misalnya saja, jika dulu masih menjadi bawahan, Anda sering mengeluh kepada rekan kerja tentang atasan atau kebijakan perusahaan.
Namun, kini karena Anda bagian dari tim manajemen, maka Anda tidak boleh lagi melakukannya. Jika ada masalah, maka Anda harus menyikapinya dengan bijak, misalnya dengan memberikan semangat, panduan, dan meyakinkan bawahan bahwa semuanya akan bisa dikendalikan.
Jangan punya anak emas
Salah satu rekan kerja Anda mungkin saja adalah teman dekat atau sahabat Anda. Namun, sebagai atasan, Anda harus bisa memperlakukan setiap staf dengan sama rata dan kepedulian yang juga sama.
Jika Anda hanya memberikan tugas tertentu kepada satu atau beberapa staf favorit Anda, maka hal tersebut bisa menimbulkan kecemburuan. Anda juga bisa dianggap mengabaikan talenta yang dimiliki staf yang lain.
Lagi pula tugas Anda sebagai atasan membuat setiap bawahan bekerja dengan produktivitas yang tinggi dan masing-masing memiliki beban kerja yang sepantasnya.
Bersikap tegas jika perlu
Beberapa bawahan bisa saja mengabaikan perintah Anda atau terlambat menyelesaikan pekerjaannya. Jika ini terjadi, Anda harus bersikap tegas pada mereka.
Tanyakan mengapa mereka bersikap seperti itu. Jika Anda anggap alasannya kurang kuat, Anda harus menegaskan kembali tugas mereka. Bahkan, untuk bawahan yang mungkin sudah Anda kenal bertahun- tahun, Anda harus tetap tegas agar tak menimbulkan kecemburuan staf yang lain.
Ini juga menjadi ujian bagi kredibilitas Anda sebagai pemimpin untuk mampu membimbing semua karyawannya mencapai tujuan bersama.
Cari bimbingan
Tak peduli seberapa hebatnya Anda, Anda harus tetap berkonsultasi dengan orang-orang yang pernah menduduki jabatan seperti Anda. Tanyakan kepada mereka yang berhasil memotivasi dan mendorong anak buahnya untuk mencapai tujuan bersama, bagaimana langkah-langkah untuk bisa sukses berkomunikasi dan membimbing stafnya.
Yang harus Anda ingat, menjadi supervisor atau manajer adalah langkah pertama Anda menuju puncak karier. Jadi, jangan sampai kerja Anda sebagai atasan untuk pertama kalinya dinilai buruk oleh manajemen perusahaan.
Baca Juga :
Posted by Anonim
on 09.19. Filed under
Bisnis,
Drive News
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response