Pengrajin Songket Harus Memiliki Kemampuan Berinovasi
Selaku ketua dekranasda dan ketua TP PKK kota Sawahlunto, Emnidar
adalah salah satu tokoh wanita yang memiliki peranan besar terhadap
kebangkitan kembali kejayaan tenun dan songket Silungkang. Diawal
kehadirannya kembali ke kampung halaman pada 2003, sensitifitas social
yang dimiliki Ibu dari Ditta Febrina A.Setiawan dan Ditta Novilla Amran
ini langsung mencium gejala kesekaratan potensi industry rakyat tenun
songket Silungkang. Menjalani peran sebagai istri Kepala Daerah,
pribadinya menyadari ini adalah bagian dari tanggung jawabnya
“menyelamatkan industry rakyat dari kesekaratan”.
“Songket yang ada saat itu hanya bisa dipakai untuk acara-acara
tertentu seperti acara adat, karena tekstur bahan yang tebal dan tegang,
susah dilipat, apalagi dipakai sebagai pakaian harian, ditambah lagi
harga jual tergolong mahal” tuturnya. Lebih lanjut istri Amran Nur ini
bertutur “inilah salah satu penyebab pasar tenun songket kurang
menggeliat, kegunaan terbatas sehingga konsumen yang membutuhkan juga
terbatas”.
Berangkat dari permasalahan inilah Emnidar berupaya mengangkat
potensi tenun songket melalui program-program Dekranasda dan Tim
Penggerak PKK Kota Sawahlunto saling bahu membahu bersama jajaran Pemko
Sawahlunto. “Bagaimana menciptakan varian tenun songket yang lebih
tipis, dan nyaman untuk dipakai sehari-hari dengan harga yang lebih
terjangkau. Itulah solusi yang terfikir saat itu. Karena jika tenun
songket bias dipakai untuk kebutuhan pakaian harian, bias dipastikan
permintaan pasar akan meningkat.
Jika permintaan pasar meningkat, ini akan berimbas pada kesejahteraan
pengrajin” ungkapnya. Di tahun 2004 Dekranasda dan TP.PKK kota
Sawahlunto membuka langkah dengan melakukan lomba desain baju kuruang
basiba berbahan kain sarung tenun Silungkang. Dilanjutkan dengan promosi
melalui fashion show dengan tema, “tenun songket sebagai pakaian
seragam ke kantor dan ke sekolah”. Dengan melibatkan desainer dan
penjahit local serta model-model dari kalangan PNS, upaya ini terbukti
membuahkan hasil. Sejak 2004, penjualan sarung tenun mulai meningkat
karena kalangan pegawai negeri mulai melirik sarung tenun sebagai bahan
pakaian kantor di hari Jum’at.
Walikota Sawahluntopun mendukung dengan mengeluarkan himbauan
pemakaian seragam berbahan tenun songket di hari Kamis untuk seluruh PNS
dan sekolah-sekolah. “Syukurlah saat ini kondisi pasar tenun songket
Silungkang bias dikatakan sangat bagus. Banyak kalangan pengusaha dan
pengrajin mengaku kewalahan memenuhi permintaan pasar” tutur ketua
Dekranasda ini kepada redaksi saat wawancara melalui telepon seluler.
Lebih lanjut Emnidar menuturkan harapannya agar kondisi ini terus
bertahan dan semakin maju dimasa mendatang, walau kedepan ia tak lagi
memegang peranan sebagai Istri Kepala daerah. Salah satu upaya agar
kondisi ini terus bertahan adalah membekali pengrajin dengan kemampuan
meningkatkan kualitas kain dan warna, meningkatkan ragam motif, dan
meningkatkan nilai guna tenun. Kalau saat ini tenun songket telah
akrab sebagai bahan pakaian harian, kedepan tenun songket bisa dipakai
sebagai bahan taplak meja, gorden, seprai, syal dan aplikasi lainnya,
karena saat ini Dekranasda bekerjasama dengan Dinas Perindagkop Kota
Sawahlunto memprogramkan Restorasi Songket Silungkang.
Salah satunya melalui melatih pengrajin untuk mengenal dan memakai
ragam bahan baku baru, menciptakan serta mengaplikasikan motif-motif
baru dan memadu benang sehingga muncul warna-warna baru, namun tetap
mempertahankan cirri khas kita tenun bukan mesin. “Saat ini kita sedang
bekerjasama dengan Bapak Jadin, Ketua Perhimpunan Tekstil Tradisional
Indonesia yang telah cukup berpengalaman dalam hal pengembangan tenun
tradisional serta jaringan pemasaran ke luar negeri. Kita melatih
pengrajin menggunakan berbagai jenis benang, ada ribuan jenis benang
didunia ini, untuk membuat gorden atau seprai berbeda dengan benang
untuk menenun baju”.
Dalam pemikiran Emnidar, jika tenun songket ini kegunaannya meningkat
selain untuk baju, motif dan warna lebih bervariasi, maka permintaan
pasar akan meningkat. Selain upaya meningkatkan nilai guna tenun
songket, menurut Emnidar saat ini Dekranasda tengah bekerjasama dengan
beberapa perancang mode, untuk lebih mempromosikan tenun songket di
dunia fashion.
Baca Juga :
- Pergelaran Songket Padang di Bulgaria
- Mode Dengan Kain Songket Palembang
- Pengrajin Songket Harus Memiliki Kemampuan Berinovasi
- Malaysia inginkan Songket Palembang jadi pakaian resmi
- Pesona Kain Songket, Mampu Raup Rp100 Juta/Bulan
- Penculik Bayi di Depok Ditangkap
- Cadangan Energi Menipis, Pemerintah Galakkan Konservasi Energi
- Bisnis Keluarga, Pilar Penting Ekonomi Asia
- Banjir Landa Empat Kabupaten
- Ini Pejabat Baru Bireuen
