Bisnis Keluarga, Pilar Penting Ekonomi Asia
Credit Suisse Emerging Markets Research Institute menyatakan, bisnis
keluarga merupakan sumber penting bagi penciptaan kekayaan pribadi di
Asia dan menjadi pilar penting bagi perekonomian regional.
Simpulan tersebut tercantum dalam “Laporan Bisnis Keluarga Asia 2011: Tren Utama, Kontribusi dan Kinerja Ekonomi” yang dirilis Credit Suisse hari ini. Laporan disusun berdasarkan riset atas 3.568 bisnis keluarga yang terdaftar di bursa di 10 negara Asia untuk analisis tren perkembangan utama, kontribusi ekonomi, dan kinerja pasar modal mereka.
CEO Credit Suisse Asia Tenggara Helman Sitohang menyatakan, analisis ini merupakan seri terbaru dari rangkaian thought leadership Credit Suisse yang bertemakan bisnis keluarga global.
Menurutnya, di Asia, banyak bisnis keluarga merupakan generasi pertama. Dalam dekade terakhir setelah krisis keuangan Asia, banyak bisnis keluarga menjadi saksi perubahan-perubahan dramatis dalam lingkungan bisnis dan pasar keuangan global.
"Temuan ini memaparkan perubahan-perubahan tersebut. Bagaimana bisnis keluarga Asia bila dibandingkan dengan yang bukan bisnis keluarga, dan bagaimana mereka telah menjadi penggerak perekonomian Asia," kata Helman seperti disitat dari keterangan tertulis Credit Suisse kepada okezone, Senin (31/10/2011).
Studi ini menemukan bahwa sekira 50 persen perusahaan yang terdaftar di bursa Asia merupakan bisnis keluarga. Selain itu, 32 persen dari total 3.568 bisnis keluarga tersebut menempati sumber modal pasar. Serta, 57 persen membawahi jumlah keseluruhan karyawan perusahaan terdaftar di Asia Selatan dan 32 persen di Asia Utara.
Bisnis keluarga mengalahkan standar patokan di tujuh dari 10 pasar Asia pada periode 2000-2010, memberikan total laba kumulatif sebesar 261 persen dan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan 13,7 persen selama periode tersebut.
"Bisnis-bisnis keluarga di China, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan memiliki kinerja tertinggi dalam jumlah laba dibandingkan dengan patokan dalam periode tersebut. Sedangkan saham bisnis-bisnis keluarga di Indonesia mempunyai kinerja terbaik dari kesepuluh negara tersebut," imbuh Helman.
Studi ini mendefinisikan bisnis keluarga sebagai perusahaan yang sedikitnya 20 persen dari hak cash flow-nya dimiliki oleh seseorang atau sebuah keluarga. Studi tersebut menganalisa perkembangan tren dan kontribusi dari 3.568 bisnis keluarga yang terdaftar di bursa dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD50 juta.
Credit Suisse juga mengevaluasi kinerja keuangan dari 1.279 bisnis keluarga terbuka di China, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand dengan total kapitalisasi lebih dari USD500 juta.
Simpulan tersebut tercantum dalam “Laporan Bisnis Keluarga Asia 2011: Tren Utama, Kontribusi dan Kinerja Ekonomi” yang dirilis Credit Suisse hari ini. Laporan disusun berdasarkan riset atas 3.568 bisnis keluarga yang terdaftar di bursa di 10 negara Asia untuk analisis tren perkembangan utama, kontribusi ekonomi, dan kinerja pasar modal mereka.
CEO Credit Suisse Asia Tenggara Helman Sitohang menyatakan, analisis ini merupakan seri terbaru dari rangkaian thought leadership Credit Suisse yang bertemakan bisnis keluarga global.
Menurutnya, di Asia, banyak bisnis keluarga merupakan generasi pertama. Dalam dekade terakhir setelah krisis keuangan Asia, banyak bisnis keluarga menjadi saksi perubahan-perubahan dramatis dalam lingkungan bisnis dan pasar keuangan global.
"Temuan ini memaparkan perubahan-perubahan tersebut. Bagaimana bisnis keluarga Asia bila dibandingkan dengan yang bukan bisnis keluarga, dan bagaimana mereka telah menjadi penggerak perekonomian Asia," kata Helman seperti disitat dari keterangan tertulis Credit Suisse kepada okezone, Senin (31/10/2011).
Studi ini menemukan bahwa sekira 50 persen perusahaan yang terdaftar di bursa Asia merupakan bisnis keluarga. Selain itu, 32 persen dari total 3.568 bisnis keluarga tersebut menempati sumber modal pasar. Serta, 57 persen membawahi jumlah keseluruhan karyawan perusahaan terdaftar di Asia Selatan dan 32 persen di Asia Utara.
Bisnis keluarga mengalahkan standar patokan di tujuh dari 10 pasar Asia pada periode 2000-2010, memberikan total laba kumulatif sebesar 261 persen dan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan 13,7 persen selama periode tersebut.
"Bisnis-bisnis keluarga di China, Malaysia, Singapura dan Korea Selatan memiliki kinerja tertinggi dalam jumlah laba dibandingkan dengan patokan dalam periode tersebut. Sedangkan saham bisnis-bisnis keluarga di Indonesia mempunyai kinerja terbaik dari kesepuluh negara tersebut," imbuh Helman.
Studi ini mendefinisikan bisnis keluarga sebagai perusahaan yang sedikitnya 20 persen dari hak cash flow-nya dimiliki oleh seseorang atau sebuah keluarga. Studi tersebut menganalisa perkembangan tren dan kontribusi dari 3.568 bisnis keluarga yang terdaftar di bursa dengan kapitalisasi pasar lebih dari USD50 juta.
Credit Suisse juga mengevaluasi kinerja keuangan dari 1.279 bisnis keluarga terbuka di China, Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan Thailand dengan total kapitalisasi lebih dari USD500 juta.
Baca Juga :
- Dell Belum Tertarik Pinang Motorola
- Turki Bujuk RI agar Terigunya Lepas dari Safeguard
- Penculik Bayi di Depok Ditangkap
- Cadangan Energi Menipis, Pemerintah Galakkan Konservasi Energi
- Banjir Landa Empat Kabupaten
- Ini Pejabat Baru Bireuen
- Bisnis Keluarga, Pilar Penting Ekonomi Asia
- Ini Dia 11 Sekolah Bisnis Top di AS
- Kemampuan Obligasi Bisnis Keluarga Asia Rendah
