Turki Bujuk RI agar Terigunya Lepas dari Safeguard
Hubungan perdagangan Indonesia dan Turki akan lebih berkembang bila
kedua negara tidak memfokuskan diri pada antidumping dan safeguard
karena menghabiskan energi dan biaya.
Menurut Perwakilan dari Asosiasi Eksportir Turki (Central Anatolian Export Association) Hakan Esen, yang harus dilakukan adalah duduk bersama untuk membahas masalah ini dan merumuskan langkah selanjutnya dalam mengembangkan perdagangan kedua negara.
"Bila diperlukan, Indonesia dan Turki dapat membuat platform kerjasama perdagangan yang lebih menguntungkan kedua negara di masa yang akan datang," ungkap Hakan melalui keterangan tertulisnya kepada Okezone, Minggu(28/10/2012).
Berdasarkan data Central Anatolian Export Association, sesudah tepung terigu impor masuk, ekspor mi dari Indonesia tiap tahunnya terus meningkat. Tahun 2011 ekspor produk mi meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya. Dikhawatirkan bila bea masuk safeguard dikenakan, harga produk mi akan naik dan menjadi tidak kompetitif.
Atas dasar tersebut, Hakan kembali menegaskan bahwa Turki tidak pernah bermaksud untuk mengganggu industri terigu dalam negeri.
"Ada beberapa hal yang membuat terigu Turki sangat kompetitif, pertama Turki merupakan negara penghasil gandum dan memiliki akses yang cukup mudah dengan negara penghasil gandum lainnya seperti Rusia. Kedua, harga produk sampingan (dedak) yang lebih tinggi sehingga membuat harga terigu bisa kompetitif," papar Hakan.
Selain itu Hakan menyebutkan, Turki memiliki industri pakan ternak sangat besar dan permintaan terhadap pakan ternak lebih tinggi dari negara lain. Harga produk sampingan ini dijual lebih tinggi dari pada harga yang diberikan negara lain dan yang ketiga adalah biaya angkut (freight cost) ke kawasan timur jauh yang juga lebih terjangkau.
Menurut Perwakilan dari Asosiasi Eksportir Turki (Central Anatolian Export Association) Hakan Esen, yang harus dilakukan adalah duduk bersama untuk membahas masalah ini dan merumuskan langkah selanjutnya dalam mengembangkan perdagangan kedua negara.
"Bila diperlukan, Indonesia dan Turki dapat membuat platform kerjasama perdagangan yang lebih menguntungkan kedua negara di masa yang akan datang," ungkap Hakan melalui keterangan tertulisnya kepada Okezone, Minggu(28/10/2012).
Berdasarkan data Central Anatolian Export Association, sesudah tepung terigu impor masuk, ekspor mi dari Indonesia tiap tahunnya terus meningkat. Tahun 2011 ekspor produk mi meningkat 21 persen dari tahun sebelumnya. Dikhawatirkan bila bea masuk safeguard dikenakan, harga produk mi akan naik dan menjadi tidak kompetitif.
Atas dasar tersebut, Hakan kembali menegaskan bahwa Turki tidak pernah bermaksud untuk mengganggu industri terigu dalam negeri.
"Ada beberapa hal yang membuat terigu Turki sangat kompetitif, pertama Turki merupakan negara penghasil gandum dan memiliki akses yang cukup mudah dengan negara penghasil gandum lainnya seperti Rusia. Kedua, harga produk sampingan (dedak) yang lebih tinggi sehingga membuat harga terigu bisa kompetitif," papar Hakan.
Selain itu Hakan menyebutkan, Turki memiliki industri pakan ternak sangat besar dan permintaan terhadap pakan ternak lebih tinggi dari negara lain. Harga produk sampingan ini dijual lebih tinggi dari pada harga yang diberikan negara lain dan yang ketiga adalah biaya angkut (freight cost) ke kawasan timur jauh yang juga lebih terjangkau.
Baca Juga :
Posted by Anonim
on 12.06. Filed under
Bisnis,
Drive News
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response