Berita Terbaru :
|

Bagikan Berita
Sekolah Unggul di Tengah Hutan

* Temuan Wagub di Aceh Selatan 

 Wakil Gubernur (Wagub) Aceh, Muzakir Manaf mulai menemukan hal-hal aneh pada hari kedua kunjungan kerjanya ke daerah-daerah yang menjadi lokasi pembangunan proyek APBA 2012, Sabtu (12/10). Salah satunya adalah, pembangunan gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Unggul Tapaktuan di tengah hutan yang dikeliling hutan menjulang.

Lokasi gedung SMP Unggul Tapaktuan ini berjarak sekitar setengah kilometer dari pinggir jalan Tapaktuan-Subulussalam. Bupati Aceh Selatan Husin Yusuf juga menyoalkan pembangunan gedung ini. “Nanti tak ada yang mau sekolah di sini,” katanya kepada Serambi kesal.

Husin Yusuf tak meninjau ke lokasi bersama rombongan Wagub. Dia malah berdiri sambil ngobrol di pinggir jalan. “Bukan saya tidak mau bertanggung jawab. Ini bukan usulan saya pembangunan gedung sekolah ini,” kata dia.

Menurut Husin, masih banyak lokasi lain yang lebih tepat untuk pembangunan gedung ini. Saat ditanya bagaimana solusi darinya, Husin menggelengkan kepala. “Tergantung provinsi,” kata dia.

Bangunan ini didesain 6 kelas. Namun, belum ada laboratorium dan tempat tinggal kepala sekolah. Anggaran pembangunannya Rp 1,42 miliar. Lokasinya jauh menjorok menuju kaki bukit, hingga hampir setengah kilometer. Jalannya berlumpur. Kiri kanan penuh ilalang setinggi kepala orang dewasa. Sekeliling gedung SMP ini dipagari bukit.

Bupati Aceh Selatan Husin Yusuf mengaku sudah melarang pembangunan sekolah unggul di tengah hutan itu. “Tapi tetap saja dibangun,” tukasnya. Di Blangpidie lain lagi. Wagub yang mengunjungi pembangunan Gedung Serbaguna Kodim setempat, menilai pembangunan gedung dua lantai ini tak sesuai target. Tiang pun belum berdiri, padahal waktu yang tersisa tak sampai dua bulan lagi. “Izinnya lama keluar dari Kodim,” kata kontraktor pelaksana. Dandim yang berdiri di samping Wagub membantah statemen rekanan.

Berikutnya, Wagub meninjau gedung SMK Kelautan Suak Nibong di Kecamatan Tangan-tangan, Abdya. Meskipun kontrak diteken pada 3 Agustus, gedung SMK Kelautan itu sudah rampung 35 persen. Wagub berharap pembangunannya dipacu siang malam, sehingga tuntas tepat waktu.

Peninjauan di Desa Limau Purut Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Aceh Selatan, puskesmas yang dibangun baru berdiri tiang. Tim ahli yang ikut dalam rombongan Wagub menilai beberapa bagiannya tak sesuai speks. Desainnya juga diubah.

Pembangunan stadion bolakaki Ludung di kecamatan yang sama seluas dua hektare dengan anggaran Rp 3,8 miliar. Terlihat bukit-bukit dikerok. Sekeliling areal untuk stadion ini dipasang batu gunung. “Ini hujan pak, tak bisa kerja,” kata rekanan.

Lapangan ini diprogramkan siap pakai. Kontraktor sampai harus menanam  rumput. Dikerjakan oleh PT Lince Romauli Raya, tim Percepatan dan Pengendali APBA juga meyakini takkan siap sesuai jadwal. Pihak rekanan pun mengakui baru sebulan efektif mereka bekerja. “Hujan pak,” kata seorang rekanan.

Bergerak ke Subulussalam, Wagub Muzakir Manaf terlihat kaget ketika melihat pembangunan jalan untuk pabrik minyak goreng di daerah berstatus Kota tersebut. Kondisi areal yang akan dijadikan lahan sangat curam, dengan kedalaman 45 derajat. “Mengapa harus di sini? Masa daerah sebesar Subulussalam tidak ada tanah yang lain. Ini tidak mungkin dilalui truk,” kata Muzakir.

Kepala P2T APBA Taqwallah malah menyebut  proyek senilai Rp 1,4 miliar ini main-main. Masih di Subulussalam, kolam renang yang dibangun dengan plot anggaran senilai Rp 1,3 miliar, hingga peninjauan kemarin, pondasinya pun belum selesai. Kepala Inspektorat Aceh Syarifuddin mengeritik pasir yang akan digunakan untuk mengecor lantai kolam renang.

Karena pasirnya banyak bercampur sampah, Syarifuddin menilai kolam ini gampang bocor nantinya. Sementara kontraktor pelaksana tampak hanya mengangguk-angguk saja. Taqwallah menyebutkan, berbagai pihak yang berhubungan dengan proyek tersebut akan duduk membahas lagi sehingga memberikan hasil yang optimal.

Basah Kuyup di Lokasi Transmigran

LOKASI transmigrasi itu letaknya agak terisolir. Sekitar 5 kilometer dari Desa Lango, Kecamatan Pante Ceureumen, Nagan Raya. Di sinilah dibangun rumah dan segala prasarananya dengan anggaran Rp 3,88 miliar. Untuk ke sana harus menyeberang sungai melalui jembatan gantung dari kayu. Jembatan ini hanya bisa dilewati sepeda motor.

Muzakir dan rombongan berjalan kaki menyeberangi sungai, lalu naik ke atas sebuah mobil bak terbuka sore itu. Dia berdiri di atas mobil di tengah hujan lebat. Sejak pukul 17.00 Jumat sore itu, Nagan dan sekitarnya memang diguyur hujan lebat.

Muzakir dan tim pemantau merasa harus meninjau proyek itu. “Proyek ini lebih penting ditinjau daripada proyek lainnya,” kata Taqwallah, yang selalu menempel dengan Muzakir. Tak ada payung dan mantel menutupi badan.

Muzakir kemudian berdiri di bak belakang mobil pik-up, melaju di atas jalan yang penuh lumpur dan berbatu. Butuh waktu sekitar setengah jam mencapai lokasi. Di sana, rekanan dan konsultan pengawas sudah menunggu.

Banyak kendala untuk penyelesaian proyek ini, mulai soal keamanan hingga target waktu penyelesaian. Setelah setengah jam di lokasi, Muzakir dan rombongan pun angkat kaki. Maklum, hari mulai gelap.

Namun, baru 200 meter berjalan, mobil yang membawa rombongan Muzakir mogok. Rupanya habis minyak. Pria yang akrab disapa Mualem itu lantas naik sepedamotor diboncengi Jamaika, ajudan pribadinya.

Dalam kondisi basah kuyup Muzakir kemudian minta diantar ke masjid terdekat, untuk shalat, sekalian mengganti baju. Dia sudah melepaskan bajunya ketika turun dari mobil di pekarangan masjid. Warga sekitar yang melihat Muzakir pun ada yang kaget. “Soe lei nyan, ooo Mualem ka basah meusyuek-syuk lagoe,” kata beberapa pemuda seraya menunjuk Wagub yang bergegas ke kamar mandi.


Baca Juga :


Posted by Anonim on 13.41. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response
comments powered by Disqus

Komentar Baru

Update Terbaru