Produksi Menurun, Jepang Pangkas Ekspor 5 Komoditi Sumut
MEDAN - Sebagai negara produsen yang menjadikan Eropa dan Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu pasar utamanya, Jepang juga terkena dampak dari krisis keuangan yang terjadi di kedua kawasan tersebut. Menurunnya permintaan di kedua wilayah itu memaksa Jepang memangkas produksi, dan menghentikan impor sejumlah bahan baku.
Sumatera Utara (Sumut) sebagai salah satu mitra dagang utama Jepang pun merasakan hal serupa. Tercatat, setidaknya ada lima komoditas ekspor ke Jepang yang mengalami penurunan permintaan.
Di antaranya lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, alumunium, kopi, teh dan rempah-rempah. Sementara untuk barang produksi, Jepang juga memangkas permintaan impor untuk perabot dan penerangan rumah.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Suharno mengatakan, sejak Januari hingga Agustus 2012, ekspor karet dan barang dari karet Sumut ke Jepang turun sebesar 26,06 persen dari USD515,1 juta dan volume 105.864 ton menjadi USD380,87 juta dan volume 110.837 ton. Selanjutnya, aluminium turun 7,94 persen dari USD223,69 juta dan volume 90.028 ton menjadi tinggal USD205,93 juta dan volume 102.352 ton.
Penurunan permintaan juga terjadi pada komoditi kopi, teh dan rempah-rempah sebesar 36,55 persen menjadi hanya USD32,4 juta dan volume 6.064 ton dari sebelumnya mencapai USD51,07 juta dan volume 9.165 ton pada 2011. Sedangkan untuk perabot dan penerangan rumah turun sebesar 11,43 persen dari USD34,28 juta dan volume 12.425 ton jadi USD30,37 juta dan volume 10.877 ton.
Sementara untuk komoditas utama lemak dan minyak hewan/nabati juga ikut turun meski terbilang cukup kecil, yakni 3,34 persen dari USD29,85 juta dan volume 26.383 ton menjadi USD28,85 juta dan volume 24.998 ton.
“Total nilai ekspor ke Jepang sepanjang 2012 hingga Agustus, turun hingga 18,38 persen dari USD941,73 juta dan volume 299.095 ton menjadi tinggal USD768,64 juta dan volume 313.999 ton tahun ini. Kondisi ekonomi secara global memang sangat berdampak karena perdagangan dunia yang saling berkaitan. Jadi, saat ekonomi di Eropa dan AS sedang krisis, otomatis negara produsen yang selama ini menjadikannya sebagai negara tujuan harus memangkas jumlah produksi yang otomatis mengurangi pembelian bahan baku,” ujarnya, Selasa (16/10/2012).
Suharno menambahkan, penurunan ekspor ke Jepang ini cukup mengkhawatirkan, karena sebagai negara dengan peran yang cukup tunggu pada total ekspor Sumut, tergerusnya hasil perdagangan akan memberikan dampak sistemik bagi keuangan daerah.
“Jepang berperan sebesar 11,04 persen pada total ekspor Sumut yang mencapai USD6,965 miliar. Nah, kalau ekspor kita ke sana mengalami kemandekan, artinya pemanfaatan bahan baku yang ada saat ini akan merugikan kita. Apalagi di dalam negeri sendiri kurang tertangani akibat minimnya industri hilir. Padahal ekonomi harus tetap tumbuh jika kita ingin bertahan dari badai krisis dari Eropa dan Amerika ini,” pungkasnya.
Baca Juga :
Posted by Anonim
on 12.37. Filed under
Drive News,
komoditi
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response