Agamawan: Ngotot Naikkan BBM, SBY Bisa Jatuh
DENPASAR - Gelombang penolakan kenaikkan harga BBM yang kian meluas bisa mengancam kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, jika tetap tidak mengindahkan jeritan rakyat.Kini berbagai elemen masyarakat di daerah termasuk di Bali, menolak kebijakan pemerintah pusat menaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), kian menguat.
Karena itu, pemerintah diingatkan jangan menganggap remeh gerakan penolakan kenaikan BBM, sebab ini bisa menjadi ancaman serius kepemimpinan Presiden SBY.
"Bisa jatuh (SBY) , jika tetap menaikkan BBM, sebab ini implikasinya serius terhadap keberlangsungan hidup rakyat," ujar Agamawan Hindu Gus Indra usai menghadiri Panggung Rakyat di depan Kampus Universitas Udayana, Jalan Sudirman, Denpasar, Senin (26/3/2012) petang.
Saat pemerintahan (almarhum) Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri melahirkan kebijakan BBM, rakyat masih menerima secara rasional.
Namun saat ini, kenaikan BBM yang digulirkan masa SBY-Boediono sudah dirasakan tidak rasional lagi oleh rakyat Indonesia.
Bahan bakar minyak, seperti halnya kebutuhan pangan, merupakan kebutuhan pokok rakyat. Jika ada kenaikan harga beras, cabai dan lainnya rakyat masih bisa menerima.
Namun kenaikan BBM jelas berimplikasi luas dan langsung menyengsarakan rakyat. Sebab semua aktivitas masyarakat berkaitan dengan BBM, mulai kesehatan, mobilitas hingga urusan dapur sangat tergantung BBM.
Rakyat Indonesia umumnya bergantung BBM bersubsidi sehingga jika BBM naik sama artinya membunuh rakyat.