Dahlan Iskan Bisa Layu Sebelum Berkembang
Sebagai jurnalis kawakan, Dahlan sadar betul tentang momentum. Dia juga cukup mengerti, pemberitaan yang berlebih tentang dirinya bukan tidak mustahil akan berdampak negatif. Mantan Dirut PLN itu pun berharap agar isu capres/cawapres tidak lagi dikembangkan. "Bisa-bisa orang mengira saya kerja keras karena ada maksud politik," kata Dahlan akhir bulan lalu saat ditanya soal namanya yang dinominasikan sebagai capres/cawapres.
Rupanya Dahlan sadar dan paham betul, pemberitaan media yang cenderung positif, justru di saat yang bersamaan akan menganggu dirinya. Setidaknya, alasan tentang pemberitaan soal capres/cawapres, bakal menganggu kerjanya di BUMN. "Ini bahaya! Bisa merusak keikhlasan saya dalam pengabdian," tambah Dahlan.
Kemunculan nama Dahlan sebagai capres/cawapres secara bersamaan dengan munculnya sosoknya yang sederhana, tidak formal, dan lugas. Seperti peristiwa Dahlan naik Kereta Rel Listrik (KRL), naik ojek, hingga sepatu kets. Semua cerita itu menjadi pelengkap dan pembentuk citra Dahlan Iskan yang sederhana dan apa adanya. Sebuah gambaran yang sulit ditemui di pejabat negara saat ini.
Namun di saat yang bersamaan, memunculkan figur Dahlan Iskan yang berasal dari non partai sama saja di saat yang bersamaan juga menenggelamkan figurnya. Banyak contoh fenomena tokoh non partai yang layu sebelum berkembang. Di awal disanjung dan dipuja, namun secara pelan tapi pasti tenggelam dalam hiruk-pikuk pencapresan.
Seperti menjelang Pemilu 2009 lalu, figur seperti mantan Ketua MK Jimly Ashiddiqie, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Gubernur DIY Sultan Hamengkubuwono X, tak bisa berbuat banyak saat dihadapkan dalam realitas politik di lapangan. Dalam kenyataannya, tokoh yang memiliki modal elektabilitas yang tidak kecil sekaligus citra positif tak menjamin moncer dalam politik praktis.
Di samping itu, figur capres/cawapres yang muncul di awal justru sama saja mematikan langkahnya sejak awal. Pihak-pihak yang merasa terganggu dengan figur tersebut dengan mudah bisa mengganggu figur dan citranya. Situasi ini pun tidak mustahil akan menimpa bos Jawa Pos Group ini.
Nasib Dahkan Iskan kini hampir sama dengan Ketua MK Mahfud MD. Figur Mahfud yang belakangan cukup moncer di publik. Berbagai pernyataannya terutama terkait penegakan hukum mendapat tempat di hati publik. Seperti ide pembentukan kebun bagi para koruptor serta pembubaran pengadilan Tipikor. Dalam riset politik, Mahfud justru telah masuk menjadi nama capres/cawapres yang difavoritkan responden.
Namun, Mahfud tampaknya harus waspada. Karena tak lama lagi, serangan terhadap Mahfud bakal muncul ke publik. Sumber INILAH.COM yang mengaku pernah berseteru dengan Ketua MK berencana mengeluarkan 'peluru-peluru' yang akan diempar ke publik terkait dengan jejak rekam Mahfud MD.
"Kemungkinan saya akan keluarkan buku putih pada awal 2013 mendatang. Salah satunya terkait jejak rekam Mahfud selama di MK," ungkap dia yang enggan disebutkan namanya itu.
Meski memiliki jejaring media se-Indonesia melalui Jawa Pos Group, tak lantas membuat media milik Dahlan memainkan isu capres/cawapres yang sempat mencuat muncul di publik. Setidaknya di media milik Dahlan Iskan seperti Jawa Pos, tak sebarispun mengangkat isu pencapresan Dahlan Iskan.
Politik memang tidak pasti, sarat dengan kejutan. Begitu pula dengan Dahlan Iskan. Sepekan lalu dipuja dan dipuji oleh khalayak, publik tidak tahu setahun ke depan. Yang pasti, nama Dahlan telah masuk kancah panas di republik ini, yakni politik. Tidak mustahil kini dipuja, esok bisa saja dicaci. Kini namanya berkembang, esok bisa saja layu bahkan sebelum berkembang. [mdr]
Baca Juga :
Posted by Depok Online news
on 03.24. Filed under
.
You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0.
Feel free to leave a response