Berita Terbaru :
|

Bagikan Berita
Alasan pemudik suka pamer harta

Mudik sudah menjadi tradisi tahunan yang terus berlangsung hingga kini. Jutaan masyarakat pulang kampung secara massal untuk merayakan Idul Fitri di kampung halaman bersama keluarga. Banyak cerita unik dan menarik yang ditorehkan di sana.

Untuk menunjukkan kepada masyarakat kampung bahwa seseorang telah sukses bekerja di Jakarta, biasanya para pemudik pulang dengan membawa hasil jerih payahnya, baik berupa perhiasan, kendaraan atau pun harta lainnya.

Seperti yang dialami oleh sebut saja Mimin, warga Banyuwangi, Jawa Timur. Bertahun-tahun bekerja di Tangerang, wanita yang kini telah memiliki dua putri ini pulang ke kampung halaman untuk sungkem kepada orang tua.

Lama bekerja di Jakarta, Mimin dan suami kini telah memiliki sebuah mobil baru jenis Toyota Avanza. Karena belum lama punya mobil, suami Hermina belum lancar mengemudi. Tapi Mimin bersikeras untuk membawa mobil barunya itu ke Banyuwangi. Akhirnya, dia menyuruh saudaranya di Banyuwangi yang lihai menyopir untuk ke Jakarta, sekadar menjadi sopir dadakan keluarga Mimin untuk mudik ke Banyuwangi. Saat kembali ke Jakarta, si sopir dadakan tersebut pun ikut dan tetap menjadi sopir, lalu pulang ke banyuwangi naik kereta.

Lain halnya dengan Mimin. Muslih, warga Demak, Jawa Tengah juga mudik tiap tahun ke kampung halamannya. Muslih bekerja di Jakarta sebagai penjual es dawet keliling ibukota. Saat pulang kampung, Muslih terlihat beda dengan sebelum dia ke Jakarta. Pria berusia tiga puluhan tahun itu tampak lebih berada. Akhirnya, tetangga-tetangga Muslih minta ikut ke Jakarta dan bekerja di ibukota. Tujuannya, biar sukses seperti Muslih.

"Banyak tetangga saya yang pengen ikut ke Jakarta, jualan es dawet seperti saya," kata Muslih.

Cerita Mimin dan Muslih ini mungkin bagian kecil dari kisah-kisah lucu dan unik saat mudik.

Siapa yang memulai menggunakan istilah mudik sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Namun yang pasti, istilah mudik sudah lama tercatat dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia WJS Poerwadarminta (1976). Dalam kamus yang disusun Badudu-Zain (1994), dan Abdul Chaer (1976), disebutkan bahwa mudik berarti "pulang ke udik, atau pulang ke kampung halaman bersamaan dengan datangnya hari lebaran".

Menurut budayawan Umar Kayam (2002), mudik pada awalnya merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa yang sudah ada jauh sebelum Kerajaan Majapahit. Kegiatan itu dulu digunakan untuk membersihkan pekuburan atau makam leluhur, yang disertai upacara doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan. Tujuannya, agar para perantau diberi keselamatan dalam mencari rezeki. Sementara keluarga yang ditinggalkan tak dirundung petaka.

Tapi saat ini mudik telah mengalami perluasan makna. Tak cuma warga Muslim saja yang mudik pulang kampung tiap menjelang lebaran. Warga non muslim juga banyak melakukan hal yang sama di saat hari-hari besar keagamaan semisal Natal. Tak sedikit umat Kristiani yang mudik ke kampung halaman, untuk merayakan Natal bersama keluarga.


Baca Juga :


Posted by Depok Online news on 23.43. Filed under , . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. Feel free to leave a response
comments powered by Disqus

Komentar Baru

Update Terbaru